Sabtu, 10 Desember 2011

KONSEP LABA UNTUK PELAPORAN KEUANGAN



  1. PENGERTIAN LABA
Laba adalah kenaikan asset dalam satu periode akibat kegiatan produktif yg dapat dibagi atau di didistribusi kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham (dalam bentuk bunga, pajak, dan deviden) tanpa mempengaruhi keutuhan ekuitas pemegang saham 

  1. PERANAN PENGUKURAN LABA
ü  Relevansi konsep laba
  • Laba merupakan dasar untuk perpajakan dan pendistribusian kembali kesejahteraan diantara individual
  • Laba sebagai petunjuk bagi kebijakan deviden perusahaan dan penyimpanan.
  • Laba sebagai petunjuk investasi dan pembuatan keputusan secara umum 
ü  Sifat-sifat laba ekonomi menurut Fischer, Lindahi, dan Hick adalah
  • Physical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini tidak dapat diukur.
  •  Real Income, adalah ungkapan  kejadian yang memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang digunakan adalah biaya hidup (cost of living)
  • Money Income, merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan hidup.
ü  Kritik Terhadap Laba Akuntansi
Berbagai kritik terhadap laba akuntansi, dalam bentuk tradisionalnya, dapat diringkas dalam lima butir berikut :
  1. Konsep laba akuntansi belum dirumuskan dengan jelas.
  2. Konsep laba akuntansi tidak memiliki dasar teoritis jangka panjang untuk perhitungan dan penyajiannya.
  3.   Praktik – praktik akuntansi yang berlaku umum memungkinkan ketidakkonsistenan pengukuran laba periodik perusahaan yang berbeda.
  4. Perubahan tingkat harga telah  memodifikasi makna laba yang diukur dengan rupiah konstan
  5.   Informasi lain, selain akuntansi, terbukti lebih berguna bagi investor dan pemegang saham dalam pembuatan keputusan investasi.
ü  Tujuan Pelaporan Laba
Tujua utama pelaporan laba ialah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dalam pelaporan keuangan. Sejumlah tujuan yang lebih spesifik, sebagai penjabaran tujuan utama tersebut, ialah sebagai berikut :
1.    Penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen
2.    Penggunaan angka laba historis untuk membantu peramalan arah perusahaan di masa depan atau pembagian dividen di masa datang
3.    Penggunaan laba sebagai  pengukuran pencapaian dan sebagai pedoman keputusan manajemen di masa depan.

C.    KONSEP LABA PADA TINGKAT SINTATIK
            Konsep laba pada tingkat sintatik menjelaskan bagaimana laba diukur dan disajikan. Laba dapat diukur dan diakui atas dasar pendekatan aktivitas atau pendekatan transaksi. SFAC 1 mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan. Menurut Bedford pembaca laporan laba harus menyadari bahwa laba akuntansi hanya dapat dimengerti dengan mengetahui bagaimana laba di ukur, yaitu pembaca harus memahami operasi yang digunakan oleh akuntan untuk menghasilkan jumlah laba.

a)      Pendekatan transaksi untuk mengukur laba
Laba diukur dengan cara konvensional, yaitu laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi( transaksi eksternal) yang diakumulasi pada saat periode.
Beberapa manfaat utama dari pendekatan transaksi :
1.      Komponen laba dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, seperti menurut produk atau golongan pelanggan, untuk mendapatkan informasi yang lebih berguna bagi manajemen.
2.      Laba yang berasal dari berbagai sumber seperti operasi dan dari penyebab eksternal dapat dilaporkan secara terpisah sejauh hal itu dapat diukur.
3.      Hal itu memberikan dasar untuk menentukan jenis dan kuantitas aktiva dan kewajiban yang ada pada akhir periode.
4.      Efisiensi bisnis mengharuskan pencatatan transaksi eksternal untuk alasan-alasan lain.
5.      Berbagai laporan dapat dibuat untuk saling berhubungan satu sama lain, yang diasumsikan memungkinkan pemahaman yang lebih baik atas data yang mendasari.
b)      Pendekatan aktivitas untuk mengukur laba
Dalam penerapannya, pendekatan kegiatan merupakan lanjutan dari pendekatan transaksi karena muncul dari transaksi yang dijadikan dasar pengukuran. Pendekatan ini didasarkan pada konsep real work mengenai kegiatan perusahaan dari proses perencanaan sampai produk dijual sehingga dapat dikatakan penghematan biasya operasional perusahaan dapat meningkatkan income perusahaan. Jadi singkatnya, laba diakui selama aktivitas terjadi dari proses perencanaan sampai produk dijual, tidak menunggu sampai barang itu terjual.

D.    KONSEP LABA PADA TINGKAT SEMANTIK
      Pada tingkat semantik berkaitan dengan bagaimana menginterprestasikan informasi laba sehingga laba bermanfaat dan bermakna.
a)      Laba sebagai pengukur efisiensi
Operasi efisiensi dari sebuah perusahaan mempengaruhi aliran deviden saat ini maupun penggunaan modal yang diinvestasikan untuk memberikan aliran deviden masa depan. Efisiensi adalah suatu istilah yang relatif dan hanya mempunyai arti apabila dibandingkan dengan ideal atau beberapa dasar lain. Efesiensi juga bisa disebut dengan perbandingan antara output dengan input.
Cara mengukur efisiensi adalah dengan menggunakan ROI dan EVA
b)      Laba akuntansi Vs. Laba ekonomi
Laba Akuntansi (Accounting Income), di gunakan dalam menyajikan laporan keuangan secara objektif dan andal. Oleh karena itu Accounting incomedidasarkan pada transaksi yang terjadi. Penghitungan Akuntansi menggunakan metode garis lurus.
Laba bersih akuntansi = Selisih antara pendapatan dengan biaya berdasarkan accrual basis dikurangi dengan depresiasi aktiva tetap. Laba Ekonomi (Economic Income), digunakan investor untuk menilai suatu investasi. Laba Ekonomi menggunakan metode bunga. Laba bersih ekonomi = Selisih anatara modal awal dengan modal akhir tanpa mempengaruhi modal awal.
c)       Laba multi person
Hampir semua anlisis laba akuntansi dalam kaitan dengan laba ekonomi dilakukan dalam konteks kepastian. Dengan kata lain, semua fakta situasi diasumsikan diketahui semua orang.
Pada realita, banyak perbedaan tingkat bunga yang digunakan.

E.     KONSEP LABA PADA TINGKAT PRAGMATIK
      Konsep laba pada tingkat pragmatik berkaitan dengan dampak dan informasi laba rugi pemakainya. Apakah informasi bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya digunakan. Kalau memang digunakan, untuk kepentingan apa informasi laba digunakan sehingga angka laba benar-benar harus disediakan. Seperti, proses keputusan investor atau kreditor, reaksi harga sekuritas terhadap pelaporan laba, keputusan pengeluaran modal dan reaksi feedback dari manajemen dan akuntan. Menanyakan langsung pada pemakai apakah mereka menggunakan angka laba akuntansi merupakan salah satu cara untuk mengetahui kebermanfaatan laba. Karena banyak pemakai dengan berbagai perspektif dan kepentingan, cara ini kurang terandalkan sebagai bukti tentang kebermanfaatan laba. Cara lain adalah dengan mengukur reaksi pasar modal terhadap pengumaman laba akuntansi.
a)      Laba sebagai alat prediksi
SFAC 1 mengatakan bahwa laba untuk membantu mereka menetapkan prospek arus kas bersih perusahaan, tetapi mereka sering menggunakan laba untuk membantu mereka mengevaluasi daya menghasilkan laba. Harapan akan laba masa depan dipandang harus digunakan oleh banyak investor sebagai faktor utama untuk meramal distribusi deviden masa depan. Bagi banyak perusahaan tradisi laba diasumsikan lebih relevan dalam meramaikan harga pasar saham masa depan dari pada distribusi deviden jangka panjang maupun jangka pendek. Pemegang obligasi dan kreditor jangka pendek juga berkepentingan dalam laba masa depan. Makin besar harapan laba perusahaan, makin besar penerapan bahwa kreditor akan menerima imbalan tahunan mereka dan juga makin besar penerapan mereka akan menerima pembayar pokok pada saat utang jatuh tempo. Pengambilan keputusan manajerial, laporan keuangan formal ditujukan untuk pemakai eksternal data akuntansi, tapi akuntan juga harus melengkapi manajemen dengan alat-alat bahan baku yang diperlukan dan untuk pengambilan serta untuk keputusan yang baik
b)      Pendekatan pasar modal
Studi empiris menyatakan bahwa laba per saham atau proyeksi laba per saham yang dilaporkan ada mempunyai dampak langsung pada harga pasar saham biasa. Menurut Ray Ball dan Phillip Brown harga sekuritas bergerak dalam arah yang sama dengan laba akuntansi. Korelasi antara harga dan laba tidak sempurna. Aspek kunci dari research dalam dampak akuntansi pada pasar modal adalah menentukan kandungan informasi angka laba.
c)      Pandangan pendekatan kontraktual dari laba
Kekuatan dari pendekatan kontraktual adalah bahwa hal itu tidak menuntut interprestasi semantik dari laba akuntansi. Pendukung pendekatan ini menyatakan bahwa masyarakat setuju untuk bermain dengan aturan apapun yang dipilih tanpa memperhatikan apakah itu masuk akal atau tidak. Posisi ini dipandang eksterm oleh beberapa pihak. Teori laba pragmatik tidak dapat sah dalam jangka panjang tanpa konsep laba dunia nyata dan pembuktian dari implikasi perilakunya.



Senin, 05 Desember 2011

POSTULATE, PRINSIP DAN KONSEP DALAM TEORI AKUNTANSI


A. HAKIKAT DARI STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
Struktur dari suatu teori akuntansi terdiri atas elemen-elemen berikut ini :
1. Suatu pernyataan mengenai tujuan dari laporan keuangan
2. Suatu pernyataan dari dalil-dalil dan konsep teoritis dari akuntansi yang berkaitan dengan asumsi-asumsi lingkungan dan hakikat dari unit akuntansi.
3. Suatu pernyataan mengenai prinsip-prinsip akuntansi dasar berdasarkan dalil-dalil maupun konsep teoritis tersebut.
4. Sekelompok teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi

B. HAKIKAT DARI POSTULATE, KONSEP TEORITIS, DAN PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
Pembahasan ini dimulai dengan definisi-definisi berikut ini :
1. Postulate akuntansi adalah pernyataan atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasrkan kesesuainnya terhadap tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, sosial, dan hukum di mana akuntansi harus beroperasi.
2. Konsep Teoritis (Theoritical Concept) dari akuntansi juga merupakan pernyataan atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasrkan kesesuainya terhadap tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan hakikat dari entitas akuntansi yang beroperasi dalam suatu perekonomianbebas yang ditandai oleh kepemilikan pribadi atas properti.
3. Prinsip-prinsip akuntansi (Accounting Principle) adalah aturan pengambilan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan maupun konsep teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi.
4. Teknik Akuntansi (Accounting Tehnique) adalah aturan-aturan khusus yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi yang menerangkan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian tertentu dihadapi oleh entitas akuntansi tersebut.


C. POSTULATE –POSTULATE AKUNTANSI
1. Postulate Entitas
Menurut postulate ini, akuntansi mengukur hasil operasi dari suatu entitas yang terpisah & berbeda dari pemilik entitas. Postulate entitas menyatakan bahwa setiap perusahaan merupakan unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan perusahaan lain. Postulate entitas merumuskan bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah objek, peristiwa dan atribut peristiwa yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan.
Jadi, postulate ini membedakan antara transaksi bisnis dan individu melaporkan transaksi perusahaanbukan transaksi pemilik perusahaan.Konsep entitas diterapkan pada kemitraan, kepemilikan tunggal, korporasi dan perusahaan kecil dan besar, diterapkan juga pada segmen perusahaan (seperti divisi) atau beberapa perusahaan (seperti konsolidasi perusahaan yang saling terkait)
Batasan entitas ekonomi dapat diidentifikasi :
a. Dengan menentukan kepentingan kepentingan individual atau kelompok
b. Dengan menentukan sifat kepentingan individual atau kelompok
Untuk memenuhi kebuthan potensial semua pemakai, maka pendekatan kedua ini menjustifikasi kemungkinan perluasan akta yang merupakan hasil dari skopa akuntansi baru, contoh : informasi yang dihasilkan dari kemungkinan adopsi akuntansi SDM, akuntansi sosioekonomi , akuntansi untuk kos modal, dan pelaporan prakiraan keuanganmungkin akan semakin mudah masuk dalam laporan keuangan yang didasarkan pada pendekatan pemakai daripada pendekatan perusahaan dalam mendefinisikan entitas akuntansi.

2. Postulate Kelangsungan Usaha (Going Concern)
Postulate ini menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan projek, komitmen dan aktivitas, yang sedang berjalan.postulate mengasumsikan bahwa perusahan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam masamendatang yagn dapt diketahui dari sekarang. Jadi laporan keuangan menyediakan pandangan sementara atas situasi keuangan perusahaan dan hanya merupakan bagian dari seri laporan yang berkelanjutan.
Postulate ini menjustifikasi penilaian aset dengan dasar nonlikuidasi dan menyediakan dasar untuk akuntansi depresiasi karena : 1. baik nilai sekarang maupun nilai likuidasi tidak memadai untuk penilaian aset, postulate ini meminta penggunaan kos historis untuk penilaian aset. 2. aset tetap dan aset tidak berwujud diamortisasi selama umur mnfaatnya, dan bukan selama periode yagn lebih pendek dalam ekspektasilikuidasi.
Postulate ini juga diterapkan untuk mendukung teori manfaat. Harapan tentang manfaat di masa mendatang mendorong manajer untuk melihat ke depan & memotivasi investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan.

3. Postulate Unit Pengukur (Monetary)
Postulate ini mnyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter (uang), postulate ini berimplikasi pada 2 keterbatasan utama dalam akuntansi yaitu:
a. akuntansi tidak terbatas untuk memperdiksi informasi yang dinyatakan dalam satuan moneter, tidak mencatat.
b. Mengkomunikasikan informasi yang relevan namun bersifat non moneter.
Jadi informasi akuntansi sebagai kuantitatif, formal, terstruktur dapat diaudit, numerik dan berorientasi masa lampau. Dan mendefinisikan informasi non akuntansi sebagai kualitatif, informal, naratif , tidak diaudit, dan berorientasi masa depan.
Keterbatasan yang diakibatkan postulate ini terkait dengan unit moneter itu sendiri sebagai unit pengukur. Karakteristik utama adalah daya beli unit moneter/kuantits barang/jasa yang satuan uang dapat digunakan. Tak seperti meter, yang variasi panjangnya 100cm, daya beli unit moneter (dalam hal ini dolar) tunduk pada perubahan. Teori akuntnsi konvansional berhubungan dengan permasalaahanm ini dengan menyatakan bahwa postulate pengukur juga”postulate moneter yang stabil” dalam artian bahwa postulate menganggap bahwa daya beli dolar adalah stabil sepanjang waktu adalah perubahannya tidak signifikan.

4. Postulate Periode Akuntansi (Time Period)
Menyatakan bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kesejahteraan perusahaan, Seharusnya diungkapkan secara periodik.Panjangnya periode waktu dapat bervariasi, bisa tahunan, periode akuntansi. Yang terkait dengan tahun kealender, tahun fiskal, atau tahun bisnis “alami”. Tapi karena kebutuhan akan informasi yang tepat waktu, relevan, &sering maka disediakan informasi keuangan triwulan atau bulanan.dengan meminta entitas untuk menyediakan secara periodik, laporan jangka pendek, laporan ini membebankan akrual & tangguhan (penerapan yang menyebabkan perbedaan pentingantara akuntansi akrual dan kas).

D. PRINSIP –PRINSIP AKUNTANSI
1. Prinsip Cost (Biaya)
Menurut Prinsip cost, cost perolehan atau cost historis merupakan dasar penilaian yang memadai untuk mengakui perolehan semua barang dan jasa, expense, cost dan equitas. Dengan kata lain, item dinilai dengan harga pertukaran pada saat harga barang tersebut dibeli & dicatat dalam laporan keuangan pada nilai atau porsi amortisasi nilai barang.
Cost menunjukkan harga pertukaran atau imbalan moneter yang diberikan untuk memperoleh barang atau jasa. Jika imbalan terdiri dari assetnon moneter, harga pertukaran adalah ekuivalen kas atas aset atau jasa yang diterima. Prinsip cost dijustifikasi oleh postilate objektivitas & kelangsungan usaha. Karena harga perolehan adalah objektif(informasi yang dihasilkan dapat diuji kebenarannya). Dan postulate kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa entitas akan meneruskan secara tidak terbatas, sehingga tidak perlu menggunakan nilai sekarang atau nilai likuidasi untuk penilaian aset.

2. Prinsip Revenue (pendapatan)
Prinsip revenue menspesifikasi:
Sifat komponen-komponen revenue
o Aliran masuk aset bersih yang berasal dari penjualan barang atau jasa
o Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan
o Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama periode waktu tertentu
Pegukuran revenue
Revenue di ukur dalam pengertian nilai pertukaran produk atrau jasa dalam sebuah transaksi yang lugas. Terdapat 2 interpretasi revenue yang muncul dari konsep revenue ini, yaitu:
o Potongan tunai dan berbagai pengurangan dalam harga tetap, seperti kerugian piutang yang tidak tertagih
o Untuk transaksi non kas, nilai pertukaran = nilai pasar yang wajar barang atau jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih mudah & jelas dalam menghitungnya
Waktu pengakuan revenue
Umumnya diakui bahwa revenue & income yang diperoleh dalam semua tahap siklus operasi (yaitu selama penerimaan order, produksi, penjualan dan penagihan)

3. Prinsip Penandingan
Menyatakan bahwa expenses harus di akui pada periode yang sama dengan revenue, yaitu:
Revenue diakui dalam periode tertentu sesuai dengan proinsip revenue, dan expense yang terkait kemudian diakui. Hubungan antara revenue & expense tergantung pada satu dari 4 kriteria:
1)Penandingan langsung cost yang telah terpakai dengan revenue
2)Penandingan langsung cost yang telah terpakai dengan periode terjadinya
3)Alokasi cost selama periode yang mendapatkan manfaat
4)Menjadikan expense semua cost lain dalam periode terjadinya, kecuali jika dapat ditunjukkan bahwa masih memiliki manfaat di masa mendatang

4. Prinsip Objektivas
Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat reliabilitas prosedur pengukuran yang digunakan. Karena menjamin reliabilitas maksimum adalah sangat sulit, akuntan telah menggunakan prisip objektivitas untuk menjustifikasi pemilihan prosedur pengukuran yang digunakan. Prinsip objektivitas, bagaimanapun, telah menjadi subjek interpretasi yang berbeda:
1)Pengukuran objektivitas merupakan ukuran yang tidak bersifat personal
2)Pengukuran objektivitas merupakan pengukuran variabel
3)Pengukuran objektivitas merupakan hasil dari konsensus diantara kelompok pengamat atau pengukur tertentu
4) Ukuran penyebaran atas distribusi pengukuran digunakan sebagai indikator tingkat objektivitas suatu sistem pengukuran termaksud

5. Prinsip Konsistensi
Menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya dicatat dan dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode. Prinsip ini berimplikasi bahwa prosedur akuntansi yang sama akan diterapkan dalam item serupa sepanjang waktu.
Prinsip konsistensi tidak menghalangi perusahaan merubah prosedurakuntansi ketika hal tersebutdapat dibenarkan dengan perubahan keadaan, atau jika prosedur alternatif lebih baik

6. Prinsip Pengungkapan Penuh
Terdapat konsensus umum dalam akuntansi bahwa terdapat pengungkapan data akuntansi yang penuh(fully), wajar(fair), cukup(adquate).
Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa laporan keuangan di desain & dibuat untuk menggambarkan secara akurat peristiwa akonomi yang telah mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode dan memuat informasi yang memadai untuk membuat laporan bergunadan tidak menyesatkan bagi rata-rata investor. Secara lebih eksplisit, prinsip pengungkapan penuhberimplikasi bahwa tidak ada informasi penting atau kepentingan bagi rata-rata invastor, yang dihilangkan atau disembunyikan.

7. Prinsip Konsevatisme
Merupakan prisip pengecualian atau modifikasi, dalam artian bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan untuk penyajian data akuntansi yang relevan &reliabel. Prinsip ini menyatakan bahwa ketika memilih diantara 2 atau lebih tehnik akumtansi yang dapat diterima, maka preferensinya adalah memilih yang paling kecil dampaknya terhadap equitas pemegang saham

8. Prinsip Materialitas
Menyatakan bahwa transaksi & peristiwa yang tidak memiliki dampak ekonomi sgnifikan dapat diatasi dengan cara yang paling tepat, apakah transaksi dan peristiwa tersebut sesuai dengan prinsip berterima umum atau tidak, dan tidak perlu diungkapkan. Matyerialitas berlaku sebagai ptunjuk implisit bagi akuntan(artinya apa yang seharusnya diumgkapkan dalam laporan keuangan, memungkinkan akuntan untuk memutuskan apa yang tak penting atau menjadi masalah dalam pencatatancost, keakuratan laporan keuangan, & relevansinya bagi pengguna)
Prinsip materialitas kurang memiliki defenisi operasional. Kebanyakan defenisi materialitas menekankan pada peran akuntan dalam mengintepretasikanapa yang material dan yang tidak. Kriteria yang digunkan untuk menentukan materialitas:
Menunjuk pada pendekatan besaran (size approach), keterkaitan besar item denganvariabel lain yang relevan. Jika jumlah dampak sekarang atau potensial
10 % dari jumlah laporan keuangan yang terkait, masalah tersebut dianggap material, tapi jika antara 5%-10& maka materialitasnya tergantung pada keadaan-keadaan yang melingkupinya.
Pendekatan kriteria perubahan, mengevaluasi dampak item terhadap kecenderungan atau perubahan antara periode akuntansi.
Suatu jumlah yang material tidak semata-mata karena alasannya besarnya jumlah, fakto-faktor lain meliputi serangkaian hal-hal berikut ini yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan tentang materialitas, yaitu:
Sifat item, apakah item :
•Merupakan faktor masukan dalam penentuan net income
•Tidak biasa atau luar biasa
•Peristiwa atau kondisi bersyarat
•Dapat ditentukan berdasarkan fakta  keadaan yang ada
•Diminta oleh UU atau regulasi
Jumlah item itu sendiri, dalam hubungannya dengan:
•Laporan keuangan secara keseluruhan
•Total akun tempat item terbentuk, atau seharusnya, sebagai bagiannya
•Item-item terkait
• Jumlah yang terkait dalam tahun sebelumnya atau jumlah yang diharapkan dalam tahun-tahun mendatang

9. Prinsip Keseragaman & Komparabilitas
Prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan dalah mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keanekaragaman yang tercipta karena penggunaaan prosedur akuntasi yang berbeda oleh perusahaan yang berbeda. Tujuan implisit keseragaman maupun fleksibilitas adalah melindungi penggun dan menyajikan data bermanfaat bagi pengguna.

E. KONSEP TEORITIS DARI AKUNTANSI
1.Teori Kepemilikan
Menurut teori kepemilikan (Proprietary Theory), entitas adalah agen, perwakilan, atau pengaturan dimana wirausahawan individual atau pemegang saham beroperasi. Tujuan utama dari teori kepemilikan adalah penentuan dan analisis dari kekayaan bersih (net worth) pemilik. Oleh karena itu, persamaan akuntansi adalah :

Aktiva – Kewajiban = Ekuitas Pemilik

Meskipun teori kepemilikan pada umumnya dipandang sesuai terutama untuk korporasi yang kepemilikanya bersifat tertutup seperti perusahaan perseorangan dan firma, pengaruh dari teori kepemilikannya dapat ditemukan dalam beberapa teknik dan terminologi akuntansi yang digunakan oleh korporasi yang kepemilikanya bersifat terbuka.
Teori kepemilikan memiliki paling tidak dua bentuk, yang berbeda dalam hal siapa yang dimasukan dalam kelompok pemilik. Dalam bentuk pertama hanya pemegang saham biasa yang menjadi bagian kelompok pemilik sementara pemegang saham preferen dikeluarkan. Dengan demikian dividen saham preferen dikurangkan ketika menghitung laba pemilik.

2.Teori Entitas
Teori Entitas (Entity Theory) memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari mereka yang menyediakan modal bagi entitas tersebut. Sederhananya unit bisnis dan bukanya pemilik, yang menjadi pusat dari kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggung jawab baik atas klaim pemilik maupun klaim kreditor. Oleh karena itu, persamaan akuntansinya adalah :
Aktiva = Ekuitas
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemegang Saham

Aktiva adalah hak yang menjadi milik entitas tersebut, ekuitas mencerminkan sumber daya dari aktiva dan terdiri atas kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Baik kreditor maupun pemegang saham adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda dalam hal laba, pengendalian resiko, dan likuidasi.
Teori entitas paling sesuai bagi bentuk perusahaan dari usaha bisnis yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya. Dampak dari teori entitas dapat ditemukan dalam beberapa teknik akuntansi dan terminologi yang digunakan dalam praktik.
a.Teori entitas lebih memilih penggunaan penilaian persediaan dengan LIFO dan bukanya FIFO, karena penilaian LIFO menghasilkan penentuan laba yang lebih baik akibat penerapanya dalam teori kepemilikan.
b.Definisi umum dari pendapatan sebagai produk dari perusahaan dan beban sebagai barang dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan ini adalah konsisten dengan pandangan teori entitas dengan indeks kinerja dan akuntanbilitas terhadap pemegang ekuitas.
c.Penyusunan Laporan Konsolidasi dan pengakuan atas kelas kepemilikan minoritas sebagai tambahan pemegang ekuitas adalah juga konsisten dengan teori entitas.
d.Baik teori entitas dengan penekananya pada penentuan laba yang sesuai bagi pemegang saham maupun teori kepemilikan dengan penekananya pada penilaian aktiva yang tepat, dapat dipandang sebagai memihak penggunaan nilai sekarang atau dasar penilaian selain biaya historis.

3.Teori Dana
Dalam teori dana (fund theory) adasar akuntansi bukanlah pemilik maupun entitas, melaikan sekelompok iktiva dan kewajiban serta pembatasan yang terkait, yang disebut dana, yang mengatur penggunaan aktiva tersebut. Dengan demikian, teori dana memandang unit bisnis sebagai unit yang terdiri atas sumber daya (dana) ekonomi dan kewajiban serta pembatasan yang terkait dengan penggunaan dari sumber daya ini. Persamaan :
Aktiva = Pembatasan Aktiva

Suatu dana (fund) dapat didefinisikan sebagai entitas fiskal dan akuntansi yang independen dengan sekolompok akun ”yang berimbang” (self – balancing), yang mencatatka dan / atau sumber daya lain bersama-sama dengan seluru kewajiban, cadangan dan ekuitas terkait, yang dipisahkan dengan tujuan untuk melaksankan aktivitas tertentu atau mencapai tujuan tertentu sesuai dengan regulasi, restriksi atau pembatasan khusus.